LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNOLOGI PENAPISAN
PEMBUATAN TEST KIT FORMALIN
Laporan Ini untuk Memenuhi Tugas
Teknologi Penapisan
yang Dibina Oleh Ibu Zuri
Rismiati S.Si.,M.Si
Disusun Oleh:
Kelompok 5
Dinda Frida A. (P17120171008)
Sintia Angriani (P17120172011)
Danis Alfitasari (P17120173017)
Miranda Saveren O (P17120173022)
Fitria Aqidatul I (P17120173026)
Laraswati R. (P17120174029)
Khifty Fanidha (P17120174032)
POLITEKNIK KESEHATAN
MALANG
JURUSAN GIZI
D3 ANALISIS FARMASI
DAN MAKANAN
TAHUN 2019
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seiring kemajuan ilmu teknologi
pangan, maka semakin banyak jenis bahan makanan yang diproduksi,
dijual, dan dikonsumsi dalam bentuk yang lebih awet dan lebih praktis
dibandingkan dengan bentuk segarnya. Berkembangnya produk pangan awet tersebut
hanya mungkin terjadi karena semakin tingginya kebutuhan masyarakat perkotaan
terhadap berbagai jenis makanan yang praktis dan awet.
Dalam proses keamanan pangan, dikenal pula
usaha untuk menjaga daya tahan suatu bahan sehingga banyaklah muncul
bahan-bahan pengawet yang bertujuan untuk memperpanjang masa simpan suatu bahan
pangan. Namun dalam praktiknya di masyarakat, masih banyak yang belum memahami
perbedaan penggunaan bahan pengawet untuk bahan-bahan pangan dan yang non
pangan. Formalin merupakan salah satu pengawet non pangan yang sekarang banyak
digunakan untuk mengawetkan makanan.
Formalin adalah nama dagang dari campuran
formaldehid, metanol dan air. formalin yang beredar di pasaran mempunyai kadar
formaldehid yang bervariasi, antara 20% - 40%. Formalin memiliki kemampuan yang
sangat baik ketika mengawetkan makanan, namun walau daya awetnya sangat luar
biasa, formalin dilarang digunakan pada
makanan karena berbahaya untuk kesehatan manusia. Bahaya yang ditimbulkan
akibat penggunaan formalin bermacam-macam, misal mual, muntah, bahakan dapat
menyebabkan kanker. Hal ini disebabkan oleh bahaya residu yang
ditinggalkannya bersifat karsinogenik
bagi tubuh manusia. Oleh karena itu perlu dilakukan uji formalin pada produk
pangan seperti mie, bakso, lontong dan tahu. Pengujian formalin dapat dilakukan
dengan menggunakan test kit. Test kit ini
bertujuan agar kita dapat mengetahui produk apa saja yang mengandung
pengwet buatan (formalin) secara cepat, mudah, praktis dan efisien .
1.2 Tujuan
1.
Mahasiswa mengetahui cara pembuatan test kit formalin
2.
Mahasiswa mengaplikasikan tet kit formalin
1.3 Manfaat
1.
Mahasiswa mampu mengetahui cara
pembuatan test kit formalin
2.
Mahasiswa mampu mengaplikasikan tet kit formalin
BAB
II
DASAR
TEORI
2.1
Pengertian Formalin
Formalin
merupakan larutan yang di buat dari 37% formaldehida dalam air. Dalam larutan
formalin biasanya di tambahkan alkohol (metanol) sebanyak 10-15% yang berfungsi
sebagai stabilisator agar formalin tidak mengalami polimerisasi (Mulono, 2005).
Nama lain formalin yaitu Formol, Morbicid, veracur (Patnaik, 1992).
Formalin
merupakan bahan kimia yang bersifat toksik, dimana toksisitas formalin telah
dievaluasi oleh berbagai organisasi ternama seperti IARC (International Agency
For Research on Cancer), ATSR (Agency for Toxic Substances and Disease
Registry, USA) dan IPC (International Programme on Chemical Safety). Formalin
telah diklasifikasikan oleh IARC ke dalam kelompok senyawa yang beresiko
menyebabkan kanker (Uzairu, 2009).
Formalin
umumnya digunakan sebagai bahan pengawet mayat dan berbagai jenis bahan
industri non makanan.Penggunaan formalin sebagai bahan pengawet makanan sangat
membahayakan konsumen. Di Indonesia, Bahan Tambahan Pangan (BTP) yang dilarang
penggunaannya dalam makanan menurut Peraturan Menteri Kesehatan (Menkes) RI No.
033 Tahun 2012 adalah asam borat atau boraks, asam salisilat,
diethylpyrocarbonate, dulcin, potassium chlorate, chloramphenicol, minyak sayur
terbrominasi, nitrofurazon, dan formaldehid. Namun, banyak praktek yang tidak
bertanggung jawab dilakukan oleh pedagang atau pengolah pangan yang menambahkan
formalin sebagai pengawet makanan (Yuliarti, 2007). Menurut Reynold (1982)
karena kemampuannya menghambat pertumbuhan mikroba, maka formalin dapat
digunakan sebagai desinfektan yang efektif melawan bakteri vegetatif, jamur
atau virus, meskipun kurang efektif melawan spora bakteri. Selain itu menurut
Alsuhendra dan Ridawati (2013) kegunaan dari formalin yaitu pembasmi atau
pembunuh kuman sehingga dapat dimanfaatkan untuk pembersih lantai, kapal,
gudang dan pakaian dan pembasmi lalat dan berbagai serangga lain, pengeras
lapisan gelatin dan kertas, pengawet poduk kosmetika dan pengeras kuku, sebagai
antiseptik untuk mensterilkan peralatan kedokteran, sebagai germisida dan
fungisida pada tanaman dan sayuran dan mengawetkan spesimen biologi, termasuk
mayat dan kulit.
Faktor
utama penyebab penggunaan formalin pada makanan adalah tingkat pengetahuan
konsumen yang rendah mengenai bahan pengawet, daya awet makanan yang dihasilkan
lebih bagus, harga murah, tanpa peduli bahaya yang dapat ditimbulkan. Hal
tersebut ditunjang oleh perilaku konsumen yang cenderung membeli makanan dengan
harga murah tanpa mengindahkan kualitas. Sulitnya membedakan makanan biasa
dengan makanan dengan penambahan formalin, juga menjadi salah satu pendorong
perilaku konsumen tersebut. Deteksi formalin secara akurat hanya dapat
dilakukan di laboratorium dengan menggunakan bahan-bahan kimia, yaitu melalui
uji formalin. (Cahyadi, 2012).
Kasus
pemakaian formalin pada tahu, ikan segar, ikan asin, dan produk makanan lainnya
menunjukkan kurangnya pengetahuan produsen serta minimnya sosialisai kepada
masyarakat mengenai manfaat dan bahaya formalin. Formalin tidak di izinkan ada
dalam makanan ataupun minuman, karena dalam jangka panjang dapat memicu
perkembangan sel – sel kanker. Formalin sangat berbahaya jika terhirup,
tertelan atau mengenai kulit karena dapat mengakibatkan iritasi pada saluran
pernapasan, alergi, serta luka bakar. Bahaya formalin bagi kesehatan terbagi
menjadi dua yaitu bahaya jangka pendek (akut) dan bahaya jangka panjang
(kronis).
2.2
Analisis Formalin pada Makanan
a. Pereaksi KMnO4
Restu
(2010) melaporkan adanya kandungan formalin apabila diuji dengan sebuah larutan
penguji KMNO4 akan mengalami perubahan warna menjadi ungu muda yang hampir
tidak terlihat dan mengandung endapan berwarna merah muda pada tahu. Kalium
permanganat merupakan oksidator kuat sehingga dapat mengoksidasi formaldehid
yang terkandung dalam formalin yang ditandai dengan hilangnya warna kalium
permanganat dalam waktu beberapa detik setelah tabung reaksi berisi sampel
digoyanggoyangkan. Hal ini ditunjukkan oleh perubahan warna dari larutan kalium
permanganat yang semula berwarna ungu menjadi tidak berwarna setelah bereaksi
dengan sampel.
b.
Pereaksi schiff
Pengujian
kualitatif pada penelitian ini digunakan pereaksi schiff untuk mengetahui
adanya formalin pada sampel. Pereaksi schiff ini digunakan untuk menunjukan
adanya gugus aldehid. Menurut Widyaningsih dan Erni (2006), pereaksi schiff
digunakan untuk mengikat formalin agar terlepas dari sampel, formalin juga
bereaksi dengan pereaksi schiff menghasilkan senyawa kompleks yang berwarna
merah keunguan. Semakin intensif warna yang tampak, dapat menggambarkan bahwa
formalin yang terkandung dalam sampel semakin banyak. (Kusumawati dan
trisharyanti, 2004).
BAB III
METODE
3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Praktikum Pembuatan Test kit
Formalin dilakukan pada hari Jum’at tanggal 23 Agustus 2019 pukul 09.00 – 12.00 WIB di Laboratorium Kimia Politeknik Kesehatan
Kemenkes Malang.
3.2 Alat dan Bahan
Alat :
|
Bahan :
|
1.Gelas kimia 100 ml
2.Labu takar 100ml
3.Pipet tetes
4.Mortar dan palu
5.Tabung reaksi
6. Kaca Arloji
7. Neraca Analitik
8.Pipet volume
9. Batang pengaduk
10. Botol Gelap 500 mL
11. Kain mori
12. Alumunium Foil
13. Rak tabung reaksi
|
1. Lontong
2. Mie
3. tahu
4. pentol bakso
5. Siomay
6. Formalin
7. Aquades
8. KMNO4
9. Pereaksi Schiff’s
|
3.3 Prosedur
A. Perendaman sampel pada larutan
Formalin 1000 ppm
·
Membuat larutan formalin konsentrasi 1000
ppm sebanyak 100 ml
·
Merendam masing-masing sampel kedalam
larutan formalin yang sudah disiapkan selama 24 jam
·
Mengangkat masing-masing sampel serta
menghaluskannya dengan alu dan mortar
B. Pengujian dengan pereaksi KMNO4
·
Mengencerkan pereaksi KMNO4
0,1N menjadi 0,01N
·
Mengambil masing-masing sampel dan
meletakkan pada plat tetes
·
Menambahkan pereaksi KMNO4
0,01N sebanyak 2-4 tetes kedalam masing-masing sampel
·
Mengamati perubahan warna yang terjadi
·
Memasukkan pereaksi KMNO4
0,01N kedalam kemasan yang menarik
C. Pengujian dengan pereaksi Schiff’s
·
Mengambil masing-masing sampel dan
meletakkan pada plat tetes
·
Menambahkan pereaksi Schiff’s sebanyak
2-4 tetes kedalam masing-masing sampel
·
Mengamati perubahan warna yang terjadi
·
Memasukkan pereaksi Schiff’s kedalam
kemasan yang menarik
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Data Pengamatan
a. Uji
kualitatif sampel (tanpa perendaman
formlain) dipasaran dengan reagen Schiff:
No
|
Sampel
|
Perubahan Warna Setelah Ditetesi Reagen
|
Ket
|
1.
|
Bakso
|
Tidak berwarna
menjadi ungu
|
Positif Formalin
|
2.
|
Tahu
|
Tetap Tidak Berwarna
|
Negatif Formalin
|
3.
|
Mie
|
Tetap Tidak Berwarna
|
Negatif Formalin
|
4.
|
Lontong
|
Tetap Tidak Berwarna
|
Negatif Formalin
|
b . Uji kualitatif sampel dipasaran
dengan reagen KMnO4
No
|
Sampel
|
Perubahan Warna Setelah Ditetesi Reagen
|
Ket
|
1.
|
Bakso
|
Ungu menjadi
tidak berwarna
|
Positif Formalin
|
2.
|
Tahu
|
Tetap ungu
|
Negatif Formalin
|
3.
|
Mie
|
Tetap ungu
|
Negatif Formalin
|
4.
|
Lontong
|
Tetap ungu
|
Negatif Formalin
|
4.2 Analisis Prosedur
Pada
praktikum uji kualitatif formalin ini menggunakan 4 macam sampel yaitu bakso,
tahu, mie, dan lontong. Pada praktikum
ini kami menggunakan sampel yang sudah mengalami perlakuan yaitu dengan
direndam dalam larutan formalin 1% dan sampel yang belum direndam dalam
formalin. Sampel yang kami dapatkan merupakan sampel makanan yang beredar
dipasaran. Pertama yang dilakukan adalah menghaluskan masing-masing sampel
menggunakan stamper dan mortar bertujuan untuk mempermudah proses analisis.
Selanjutnya disipakan masing-masing sampel didalam plat tetes secukupnya
kemudian diuji secara kualitatif, reagen pertama tambahkan pereaksi Schiff 1-3
tetes bertujuan untuk mengetahui adanya formalin pada sampel dengan menunjukkan
adanya gugus aldehid (Widyaningsih dan Erni, 2006), amati perubahan warna dari
tidak berwarna menjadi berwarna ungu . Jika terjadi perubahan menjadi ungu maka
sampel tersebut positif mengandung formalin.
Selanjutnya
sampel di reaksikan dengan reagen KMnO4 10/100. Tambahkan 1-3 tetes
KMnO4 dalam masing-masing sampel yang akan diuji. Jika terjadi
perubahan warna dari ungu menjadi tidak berwarna atau warna pudar maka sampel
tersebut positif mengandung formalin. Perubahan warna tersebut disebabkan gugus
fungsi yang dimiliki oleh aldehid dan keton adalah karbonil. Posisi gugus
karbonil ini menyebabkan kereaktifan aldehid lebih tinggi dibandingkan keton.
4.3 Analisa Hasil
Berdasarkan
data pengamatan dari praktikum pembuatan teskit formalin, dapat diketahui jika
pada perlakuan tanpa perendaman formalin, sampel bakso terbukti positif
mengandung formalin. Hal ini berdasarkan pengujian dengan menggunakan pereaksi
Schiff’s maupun pereaksi KMnO4. Pada penngujian dengan pereaksi
Schiff’s ditandai dengan terjadinya perubahan warna dari tidak berwarna menjadi
ungu. Sedangkan pada pengujian dengan pereaksi KMnO4 ditandai dengan
terjadinya perubahan warna yaitu dari warna ungu dan setelah ditetesi menjadi
tidak berwarna. Sedangkan pada sampel lain seperti tahu, mie dan lontong pada
perlakuan tanpa perendaman memiliki hasil negatif atau tidak ditemukan adanya
kandungan formalin didalamnya. Baik pada pengujian dengan pereaksi Schiff’s
maupun dengan pereaksi KMnO4. Setelah dilakukan pengujian dan
pengamatan warna, sampel (tahu, mie dan lontong) tidak memberikan warna ketika
diteteskan pereaksi Schiff’s sedangkan untuk pereaksi KMnO4 tidak
merubah warna yang awalnya ungu menjadi tidak berwarna (bening).
Pada
perlakuan sampel dengan perendaman formalin terlebih dahulu, didapatkan hasil
positif mengandung formalin dari semua sampel tersebut (bakso, tahu, mie dan
lontong). Ditandai dengan terjadinya perubahan warna dari tidak berwarna
menjadi ungu setelah sampel ditetesi dengan pereaksi Schiff’s dan terjadi
perubahan warna dari ungu menjadi tidak berwarna (bening) ketika ditetesi
dengan pereaksi KMnO4.
Perubahan
warna ini terjadi karena jika pereaksi Schiff’s direaksikan dengan senyawa yang
memiliki gugus aldehid atau keton maka akan diperoleh perubahan warna menjadi
merah muda – ungun. Formalin memiliki gugus aldehid sehingga jika suatu sampel
yang memiliki kandungan formalin didalamnya dan ditambahkan pereaksi Schiff’s
maka akan terjadi perubahan warna dari yang awalnya tidak berwarna menjadi
merah – ungu. Sedangkan untuk peraksi KMnO4 bersifat sebagai
oksidator kuat, sehingga dapat mengoksidasi formaldehid yang terkandung dalam
formalin yang ditandai dengan hilangnya warna kalium permanganant yang awalnya
berwarna ungu akan menjadi tidak berwarna (bening) dalam waktu beberapa detik
setelah sampel ditetesi dengan pereaksi KMnO4.
Fessenden
& Fessenden (1997), menyatakan semua aldehid dapat teroksidasi menjadi asam
karboksilat dengan pereaksi KMnO4. Jika warna mudah memudar/hilang berarti
bahan makanan tersebut mengandung aldehid yang bersifat mereduksi permanganat.
Reaksi yang terjadi :
Sedangkan
reaksi yang terjadi antara pereaksi Schiff’s dengan formalin:
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum pembuatan
tes kit formalin ini adalah bahwa reagen schiff dan reagen KMNO4 dapat
digunakan untuk mendeteksi adanya kandungan formalin dalam sampel secara
kualitatif. Hasil uji reagen yang dibuat terhadap sampel makanan memberikan
informasi bahwa sampel bakso positif mengandung formalin ditandai dengan
perubahan warna menjadi ungu pada pereaksi schiff’s dan berubah menjadi tidak
berwarna dengan pereaksi KMnO4, sedangkan sampel yang lain negatif
kandungan formalin.
Daftar
Pustaka
Alsuhendra dan Ridawati.2013 . Bahan Toksik dalam
Makanan. Rosda. Jakarta.
Mulono, H.J. 2005.
Toksikologi Lingkungan. Surabaya: Universitas Airlangga. Hal : 134-135.
Patnaik,P. 1992. A
Comprehensive Guide to the Hazardous Properties of Chemical Substances. New
York : Van Nostrand Reinhold ; 94.
Permenkes RI, 2013. Profil Kesehatan Indonesia 2012,
Jakarta : Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI.
Restu Tjiptaningdyah.
2010. Studi Keamanan Pangan pada Tahu putih yang Beredar di Pasar Sidoarjo.
Berk. Penel Hayati 15 :159-164
Reynold, James, E.F.
1982. Martindale the Extra Pharmacopoeia 28th ed, London : The Pharmaceutical
Press ; 563-564.
Uzairu, A. 2009.
Formaldehyde Levels In Some Manufactured Reguler Foods In Makurdi, Benue State,
Nigeria. (Jurnal of Applied Sciences In Environmental Sanitation, V.N 211-214).
Yuliarti, N. 2007. Awas! Bahaya Di Balik Lezatnya
Makanan. Andi :Yogyakarta.
LAMPIRAN
Komentar
Posting Komentar